Headlines News :

Latest Post

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Kerajaan Mataram

Written By Paknetyas on Thursday, June 13, 2013 | 12:53 PM



KRATON KASUNANAN

Tahun 1558 : Ki Ageng Pemanahan dihadiahi Hutan Mentaok wilayah yang dinamakan Mataram yang masih kosong oleh Sultan Pajang atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan adalah putra Ki Ageng Ngenis atau cucu Ki Ageng Selo tokoh ulama besar dari Selo kabupaten Grobogan.

Tahun 1577 : Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede. Selama menjadi penguasa Mataram ia tetap setia pada Sultan Pajang.
Tahun 1584 : Beliau meninggal dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Kotagede. Sultan Pajang kemudian mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram. Sutawijaya juga disebut Ngabei Loring Pasar karena rumahnya di sebelah utara pasar.Berbeda dengan ayahnya, Sutawijaya tidak mau tunduk pada Sultan Pajang. Ia ingin memiliki daerah kekuasaan sendiri bahkan ingin menjadi raja di seluruh Pulau Jawa.

Pada abad ke-16, sebelum Belanda menjajah Hindia Belanda, Nusantara terdiri atas beberapa kerajaan yang saling bersaing yang pada waktu tidak bersamaan menguasai Pulau Jawa. Kerajaan Jawa yang besar dan terakhir, dikenal dengan nama Mataram II, didirikan pada tahun 1587 oleh Pangeran Senopati. Pada puncak kejayaannnya, pengaruh kerajaan ini tidak saja tersebar ke luar Jawa tetapi sampai ke daerah yang sekarang bernama Malaysia.Pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat II, Kerajaan Mataram, yang pada mulanya terletak di Kota Gede, di pinggiran yang sekarang bernama kota Yogyakarta, berpindah tempat beberapa kali antara tahun 1587 dan 1680. Raja Amangkurat II inilah yang mendirikan kraton di Kartasura dekat kota yang sekarang bernama Surakarta (Solo). Pada zaman pemerintahan raja ini hubungan antara kraton dan pemerintahan kolonial Belanda memburuk. Ketika  Amangkurat III menggantikan ayahnya, Belanda membantu pangeran saingannya untuk dijadikan raja baru yang bergelar Sunan Pakubuwono I. 
Penobatan Pakubuwono I, yang disusul oleh serangkaian perang perebutan kekuasaan akhirnya berkat bantuan Belanda berlanjut dengan dinobatkannya cucu Pakubuwono I menjadi Pakubuwono II. Daerah Pakubuwono II di Kartasura kemudian di serang oleh sainganya raja dari Pulau Madura, sebuah pulau yang terletak disebelah pantai timur Laut Jawa. Sebagai balasan atas bantuan yang diberikan oleh Belanda dalam menahan serangan ini. Pakubuwono II dipaksa memberikan bagian penting dari wilayah kekuasaan kepada pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, pada tahun 1745, Pakubuwono II pindah dan membangun istana baru di Surakarta, yang bernama Surakarta Hadiningrat, kraton utama di Solo. 

Tahun 1588 : Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan bergelar Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama. dengan wilayah pemerintahan seluruh jawa

Tahun 1601 : Panembahan Senapati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Seda ing Krapyak.

Tahun 1613 : Mas Jolang wafat kemudian digantikan oleh Pangeran Arya Martapura. Tetapi karena sering sakit kemudian digantikan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman dan juga terkenal dengan sebutan Prabu Pandita Hanyakrakusuma. Pada masa Sultan Agung kerajaan Mataram mengalami puncak perkembangan pada kehidupan politik, militer, kesenian, kesusastraan, dan keagamaan. Ilmu pengetahuan seperti hukum, filsafat, dan astronomi juga dipelajari.
Tahun 1645 : Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Amangkurat I.

Setelah wafatnya Sultan Agung, kerajaan Mataram mengalami kemunduran . Akar dari kemunduran itu pada dasarnya terletak pada pertentangan dan perpecahan dalam keluarga Kerajaan Mataram sendiri yang dimanfaatkan oleh VOCuntuk tujuan memecah belah kekuatan. Puncak dari perpecahan itu terjadi pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditandai dengan Perjanjian Gianti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, Kesultanan Yogyakarta dengan raja bergelar Sultan Hamengku Buwono dan Kesunanan Surakarta dengan raja bergelar Paku Buwana
Pada tahun 1726-1749 Keraton Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang raja,bernama Sri Susuhunan Paku Buwono II ( PB II ). Pada saat pemerintahan beliaulah terjadi pertentangan dengan Pengeran Mangkunegoro, dan akhirnya pangeran dibuang ke Srilangka dan Afrika Selatan. Apa yang terjadidengan Sang Pangeran Tersebut ternyata membuahkan dendam terhadap putranya Sang Pangeran, Raden Mas Sahid. Kemudian Raden Mas Sahid menyusun kekuatan di daerah pegunungan selatan ( wonogiri).

Pada tahung 1740, terjadi pemberontakan oleh kaum keturunan Cina, dan pemberontak berhasil menguasai keraton Kartasura, pasukan keraton dan PB II melarikan diri ke Ponorogo. Dengan meminta bantuan VOC, pemberontak berhasil dikalahkan. Pada tahun 1745, beliau memerintahkan untuk mencari daerah baru yang bisa dijadikan Pusat pemerintahannya yang baru. Pada akhirnya dipilihlah daerah dusun Sala ( Solo ), daerah tersebut teletak di sebelah barat sungai paling panjang di pulau jawa yaitu Bengawan Solo,dan pada akhirnya nama daerah tersebut diganti menjadi SurakartaHadiningrat.

Pada tahun 1746 pemerintahan PB II banyak menghadapi pemberontakan,diantaranya adalah pemberontakan oleh Pangeran Mangkubumi yang tidak puas atas putusan penyerahan wilayah kepada VOC karena balas budinya menumpas pemberotakan Sunan Kuning. Sementara itu Raden Mas Sahid juga memperhebat perlawanan terhadap prajurit dari PB II.Pangeran Mangkubumi yang kelak dikemudian hari akan bertahta di Yogyakarta,dengan gelar Hamengkubuwono I.

Pada tahun 1749, Paku Buwono II wafat, dan kedudukannya digantikan oleh putranya dengan gelar Paku Buwono III ( PB III ). PB III pada akhirnya harus menerima perjanjian Giyarti yang isinya adalah memecah negaraSurakarta Hadiningrat menjadi dua bagian, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.Pada tahun 1757, kembali diadakan perjanjian di Salatiga yang melahirkan ketetapan bahwa Raden Mas Sahid berhak untuk menduduki jabatan Adipadi di Mangkunegaran, dengan gelar Mangkunegaran I. Dengan kata lain, Surakarta juga dibagi menjadi dua bagian yaitu daerah Kasunanan Surakarta dan
daerah Mangkunegaran.

kridhaning ati datan bisa mbedhah kuthaning pasti, apa pun upaya manusia tetap tak bisa melawan kepastian (maut). reretuning jagat datan bisa sinirep lipating budi, kehidupan manusia secara umum tak bisa disirnakan oleh kedahsyatan akal manusia. jalma tan kena kinira, kemampuan seseorang tidak boleh diremehkan . nut jaman kalakone, kehidupan akan bergerak sesuai tuntutan zaman. intinya keraton akan selalu melakukan segala daya upaya sesuai kehendak zaman namun juga memahami kepastian titah Yang Maha Kuasa. Ratu sak sentana lan kawulane anggone hambangun Kedaton : Kanti pecahing dadha, wutahing ludira,tegasing jangga 

Menelusuri jejak-jejak situs kerajaan Mataram Islam

A. Sejarah Singkat Dinasti Mataram Islam Awal.
Berbeda dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Indonesia yang bersifat maritim, kerajaan Mataram bersifat agraris. Kerajaan yang beribu kota di pedalaman Jawa ini banyak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Hindu baik pada lingkungan keluarga raja maupun pada golomngan rakyat jelata. Pemerintahan kerajaan ini ditandai dengan perebutan tahta dan perselisihan antaranggota keluarga yang sering dicampuri oleh Belanda. Kebijaksanaan politik pendahulunya sering tidak diteruskan oleh pengganti-penggantinya. Walaupun demikian, kerajaan Mataram merupakan pengembang kebudayaan Jawa yang berpusat di lingkungan keraton Mataram. Kebudayaan tersebut merupakan perpaduan antara kebudayaan Indonesia lama, Hindu-Budha, dan Islam.
Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan legenda. Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu versi, setelah Demak mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan ke Pajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian daari Mataram yang beribukota di Kotagede. Senapati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601.
Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.
Senapati digantikan oleh putranya, Mas Jolang, yang bertahta tahun 1601-1613. Maas Jolang lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Krapyak. Pada masa pemerintahannya, dibangun taman Danalaya di sebelah barat kraton. Panembahan Seda Krapyak hanya memerintah selama 12 tahun Ia meninggal ketika sedang berburu di Hutan Krapyak.
Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Di bawah pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaan Kotagede dipindahkan ke Kraton Plered. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura ditaklukkan supaya kelak tidak membahayakan kedudukan Mataram. Ia pun merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran dan teratur mengadakan peperangan dengan Belanda yang hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Kekuasaan Mataram pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa, dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia dan di Indonesia Bagian Timur.
Di samping dalam bidang politik dan militer, Sultan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upayanya antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Kerawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas serta subur. Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya Garebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sejak itu dikenal Garebeg Puasa dan Garebeg Mulud. Pembuatan tahun Saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing merupakan karya Sultan Agung yang lainnya.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 dengan meninggalkan Mataram dalam keadaan yang kokoh, aman, dan makmur. Ia diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Amangkurat I tidak mewarisi sifat-sifat ayahnya. Pemerintahannya yang berlangsung tahun 1645-1676 diwarnai dengasn banyak pembunuhan/kekejaman. Pada masa pemerintahannya ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta. 
Pada tahun 1674 pecahlah Perang Trunajaya yang didukung para ulama dan bangsawan, bahkan termasuk putra mahkota sendiri. Ibukota Kerta jatuh dan Amangkurat I (bersama putra mahkota yang akhirnya berbalik memihak ayahnya) melarikan diri untuk mencari bantuan VOC. Akan tetapi sampai di Tegalarum, (dekat Tegal, Jawa Tengah) Amangkurat I jatuh sakit dan akhirnya wafat.
Ia digantikan oleh putra mahkota yang bergelar Amangkurat II atau dikenal juga dengan sebutan Sunan Amral. Sunan Amangkurat II bertahta pada tahun 1677-1703. Ia sangat tunduk kepada VOC demi mempertahankan tahtanya. Pada akhirnya Trunajaya berhasil dibunuh oleh Amangkurat II dengan bantuan VOC, dan sebagai konpensasinya VOC menghendaki perjanjian yang berisi: Mataram harus menggadaikan pelabuhan Semarang dan Mataram harus mengganti kerugian akibat perang.
Oleh karena Kraton Kerta telah rusak, ia memindahkan kratonnya ke Kartasura (1681). Kraton dilindungi oleh benteng tentara VOC. Dalam masa ini Amangkurat II berhasil menyelesaikan persoalan Pangeran Puger (adik Amangkurat II yang kelak dinobatkan menjadi Paku Buwana I oleh para pengikutnya). Namun karena tuntutan VOC kepadanya untuk membayar ganti rugi biaya dalam perang Trunajaya, Mataram lantas mengalami kesulitan keuangan. Dalam kesulitan itu ia berusaha ingkar kepada VOC dengan cara mendukung Surapati yang menjadi musuh dan buron VOC. 
Hubungan Amangkurat II dengan VOC menjadi tegang dan semakin memuncak setelah Amangkurat II mangkat (1703) dan digantikan oleh putranya, Sunan Mas (Amangkurat III). Ia juga menentang VOC. Pihak VOC yang mengetahui rasa permusuhan yang ditunjukkan raja baru tersebut, maka VOC tidak setuju dengan penobatannya. Pihak VOC lantas mengakui Pangeran Puger sebagai raja Mataram dengan gelar Paku Buwana I. Hal ini menyebabkan terjadinya perang saudara atau dikenal dengan sebutan Perang Perebutan Mahkota I (1704-1708). Akhirnya Amangkurat III menyerah dan ia dibuang ke Sailan oleh VOC. Namun Paku Buwana I harus membayar ongkos perang dengan menyerahkan Priangan, Cirebon, dan Madura bagian timur kepada VOC.
Paku Buwana I meninggal tahun 1719 dan digantikan oleh Amangkurat IV (1719-1727) atau dikenal dengan sebutan Sunan Prabu , dalam pemerintahannya dipenuhi dengan pemberontakan para bangsawan yang menentangnya, dan seperti biasa VOC turut andil pada konflik ini, sehinggga konflik membesar dan terjadilah Perang Perebutan Mahkota II (1719-1723). VOC berpihak pada Sunan Prabu sehingga para pemberontak berhasil ditaklukkan dan dibuang VOC ke Sri Langka dan Afrika Selatan.
Sunan Prabu meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku Buwana II (1727-1749). Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan China terhadap VOC. Paku Buwana II memihak China dan turut membantu memnghancurkan benteng VOC di Kartasura. VOC yang mendapat bantuan Panembahan Cakraningrat dari Madura berhasil menaklukan pemberontak China. Hal ini membuat Paku Buwana II merasa ketakutan dan berganti berpihak kepada VOC. Hal ini menyebabkan timbulnya pemberontakan Raden Mas Garendi yang bersama pemberontak China menggempur kraton, hingga Paku Buwana II melarikan diri ke Panaraga. Dengan bantuan VOC kraton dapat direbut kembali (1743) tetapi kraton telah porak poranda yang memaksanya untuk memindahkan kraton ke Surakarta (1744).
Hubungan manis Paku Buwana II dengan VOC menyebabkan rasa tidak suka golongan bangsawan. Dengan dipimpin Raden Mas Said terjadilah pemberontakan terhadap raja. Paku Buwana II menugaskan adiknya, Pangeran Mangkubumi, untuk mengenyahkan kaum pemberontak dengan janji akan memberikan hadiah tanah di Sukowati (Sragen sekarang). Usaha Mangkubumi berhasil. Tetapi Paku Buwana II mengingkari janjinya, sehingga Mangkubumi berdamai dengan Raden Mas Said dan melakukan pemberontakan bersama-sama. Mulailah terjadi Perang Perebutan Mahkota III (1747-1755).
Paku Buwana II dan VOC tak mampu menghadapi 2 bangsawan yang didukung rakyat tersebut, bahkan akhirnya Paku Buwana II jatuh sakit dan wafat (1749). Namun menurut pengakuan Hogendorf, Wakil VOC Semarang saat sakratul maut Paku Buwana II menyerahkan tahtanya kepada VOC. Sejak saat itulah VOC merasa berdaulat atas Mataram. Atas inisiatif VOC, putra mahkota dinobatkan menjadi Paku Buwana III (1749).
Pengangkatan Paku Buwana III tidak menyurutkan pemberontakan, bahkan wilayah yang dikuasai Mangkubumi telah mencapai Yogya, Bagelen, dan Pekalongan. Namun justru saat itu terjadi perpecahan anatara Mangkubumi dan Raden Mas Said. Hal ini menyebabkan VOC berada di atas angin. VOC lalu mengutus seorang Arab dari Batavia (utusan itu diakukan VOC dari Tanah Suci) untuk mengajak Mangkubumi berdamai.
Ajakan itu diterima Mangkubumi dan terjadilah apa yang sering disebut sebagai Palihan Nagari atau Perjanjian Giyanti (1755). Isi perjanjian tersebut adalah: Mataram dibagi menjadi dua. Bagian barat dibagikan kepada Pangeran Mangkubumi yang diijinkan memakai gelar Hamengku Buwana I dan mendirikan kraton di Yogyakarta. Sedangkan bagian timur diberikan kepada Paku Buwana III.
Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta dengan raja Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan Surakarta dengan raja Sri Susuhunan Paku Buwana III. 

Kerajaan MATARAM Islam
Perlawanan Mataram terhadap Belanda
  • Puncak kejayaan dibawah Sultan Agung 
  • Perluasan ke Barat terhalang kekuasaan Belanda di Batavia 
  • Mataram menyerang Belanda melalui darat dan laut tetapi gagal
  • Pasukan dibawah Tumenggung Baurekso membuat benteng dari bambu Marunda, Cilincing. a. VOC membakar kampung disekitarnya supaya mudah mengawasi gerakan mereka. b. Pasukan Mataram menggali parit ke benteng dan memanjat dinding benteng,tapi mereka gagal. c. VOC menyerang balas sehingga Tumenggung Baurekso dan pasukannya gugur. 
  • Tumenggung Suro Agul-Agul,Kiai Dipati Madingo,Kiai Dipati Upasonto datang membantu. 
  • Untuk mengalahkan VOC,tentara Mataram membendung kali Ciliwung. Wabah penyakit berjangkit di benteng VOC. Tapi tentara Mataram juga terkena akibatnya sehingga kekurangan makan dan terkena malaria. 
  • Dalam serangan ke dua Mataram menyiapkan logistik. Menempatkan lumbung di Tegal dan Cirebon. Belanda mengetahui lalu membakar lumbung itu. 
  • Akhirnya Benteng Hollandia berhasil direbut,tapi serangan ke Bommelin gagal. 
  • Dalam pengepungan kota Mataram,J.P.Coen meninggal karena kolera. 
  • Mataram gagal merebut Batavia karena kurang logistik. 
  • Amangkurat I dan II adalah Sulata Mataram yang mengijinkan Belanda berdagang di semua bandar Mataram. Bandar Semarang dan Priangan diberikan pada Belanda. 
  • Timbul pemberontakan Trunojoyo. Trunojoyo hampir menguasai seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan bantuan orang-orang Makasar setelah Perjanjian Bongaya (1667). 
  • Dengan campur tangan Belanda,Trunojoyo berhasil didkalahkan di Selangkung,Kediri. 
  • Amangkurat II dibunuh. 
  • Pemberontakan Untung Suropati berawal di Jabar. Membunuh Kapten Tach. 
  • Amangkurat III dan Sunan Mas tidak diakui kekuasaannya oleh Belanda karena bergabung dengan Untung Suropati. 
  • Pangeran Puger jadi Raja Mataram. 
  • Untung Suropati kalah,wafat di Bangil. 
  • Sunan Mas kalah dan dibuang ke Srilanka. 
  • Ketika Pakubuwono III memerintah terjadi pembunuhan massal di Batavia terhadap orang- orang Cina. Orang Cina membalas dengan membunuh orang Eropa. 
  • Mas Said (kemenakan Pakubuwono II) dan Mangkubumi (saudara Sultan) menyerang Belanda. 
  • 22) Sebelum menginggal Pakubuwono II menitipkan Mataram pada Belanda. Pakubuwono III raja yang takluk. 
  • Perlawanan Mangkubumi berakhir dengan perjanjian Giyanti 1755. Isi : Mataram sebelah Timur : Pakubuwono III, ibu kota Surakarta Mataran sebelah Barat : Mangkubumi, ibu kota Yogyakarta 
  • Akhirnya Mas Said berdamai dengan Belanda. Diadakan perjanjian Salatiga (1757). Mas Said , Mangkunegaran I memperoleh sebagian daerah Surakarta yang direbut dari Mangkunegaran. 
  • Mataram yang dibangun Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah

PERPECAHAN DI KERAJAAN MATARAM 

Perebutan kekuasaan di dinasti Mataram terjadi lagi, kali ini, antara Pakubuwono II dan saudara tirinya Pangeran Mangubumi. Ketika Pakubuwono II digantikan putranya, Pakubuwono III, Mangkubumi juga mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan pemerintahan tandingan di Yogyakarta. Karena kekuasaan Pangeran Mangkubumi bertambah besar, Belanda turun tangan menengahi pertikaian itu dengan jalan mengadakan Perjanjian Gijanti. Isinya, kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Kesunanan Surakarta dibawah pimpinan Pakubuwono III dan Kesultanan Yogyakarta dibawah Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I. Perjanjian Gijanti ditandatangani oleh kedua raja ini pada tahun 1755 dan pada tahun yang sama konstruksi kraton utama Yogyakarta, Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun oleh Hamengkubuwono I.
Pemberontakan kesunanan di Surakarta masih belum berakhir. Raden Mas said, seorang pangeran lainnya yang merasa tidak puas, memisahkan diri dari kraton dan atas restu Sunan mendirikan kerajaan yang merdeka di Surakarta. Dengan gelar Mangkunegoro I, Raden Mas Said menjadi pemimpin kerajaan kedua di Surakarta dan pada tahun 1757 ia membangun istananya sendiri bernama Puro Mangunegaran. 
Perpecahan terakhir pada kerajaan Mataram terjadi dalam tahun 1813, yaitu pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda, yang hanya berlangsung selama empat tahun. Seperti apa yang telah dilakukan Belanda, Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles memanfaatkan pertikaian politik lainnya, yang kali ini terjadi di Kraton Yogyakarta, dengan cara mendukung berdirinya kerajaan lain yang merdeka di dalam kerajaan Yogyakarta. Pangeran Natakusuma, paman Hamengkubuwono III yang berkuasa, pada waktu itu dinyatakan sebagai kepala pemerintahan baru, yang berpusat di istana yang dibangun pada tahun 1813, yang letaknya hanya beberapa kilometer dari Kraton Yogyakarta. Pangeran Natakusuma memakai gelar Paku Alam I dan kratonnya dinamakan Puro Pakualaman. 

PUSAT ALAM SEMESTA 

Masyarakat Jawa pada masa itu percaya bahwa kekuasaan para pemimimpin dinasti Jawa merupakan anugerah dari Tuhan. Dijamannya Raja dianggap sebagai pemimpin spiritual, politik dan sosial di kalangan masyarakat Jawa, sedangkang kraton sebagai pusat simbolok dan fisik alam semesta. Kehidupan setiap orang Jawa, dari kalangan petani sampai kalangan bangsawan aristokrat, diatur dan diawasi oleh hak istimewa raja. Sejak didirikannya istana Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat Jawa secara keseluruhan dianggap sebagai perluasan lingkungan kraton.
Gaya arsitektur dan tata letak keempat kraton didasari oleh prinsip yang berakar pada kosmologi hindu Jawa. Gunung yang keramat dan pusat alam semesta dilambangkan dengan pendopo (balai pertemuan) dan taman dalem. Rangkaian Bangunan dan halaman yang terpencar dari pusat melambangkan daratan dan lautan. Berbagai bangunan dipisahkan oleh dinding yang tinggi dan pintu gerbang simbolis yang bukan saja menjadi lambang perbedaan tingkat dalam sistem kosmologi, tetapijuga berfungsi sebagai penjaga yang memiliki kekuatan fisik dan batin. Pintu gerbang utara yang berada di dua kraton utama menghadap ke gunung tempat tinggal para dewa, sedangkan pintu gerbang selatan menghadap ke laut, kediaman mistik nenek moyang.
Dewi Laut Selatan, K.ratu Kidul, yang menurut legenda berdiam di sebuah kerajaan gaib di dasar Samudera Hindia, telah lama menjalin hubungan yang erat dengan kerajaan Jawa. Kedudukan sebagai raja secara tradisional dianugerahkan oleh Nyai Loro Kidul, sedangkan izin dan restunya menjadi prasyarat untuk membangun sebuah kraton. 
Keempat kraton tersebut mempunyai bentuk ciri arsitektur yang sama seperti yang tampak pada pendopo, Dalem Keputren, Kesantrian, yang semuanya menjadi Dalem kraton. Di sekeliling Taman Dalem dibangun kantor, kandang kuda, tempat tinggal para abdi dalem, bengkel kerja, dan pemukiman para bangsawan yang kurang dikenal beserta keluarga mereka. Seluruh kompleks ini dikelilingi oleh dinding tembok yang kokoh bagaikan benteng yang melindungi kedua kraton utama, yang jika dilihat dari dalam seperti “kota tertutup”. 

PELINDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN 
Pada saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, Kesultanan dan Kasunanan Jawa menyerahkan kekuasaan polotiknya kepada pemerintah republik di Jakarta. Tanggung jawab dan beban mempertahankan keamanan dilepaskan, agar dapat lebih memusatkan perhatian kepada kekayaan dan kehidupan di dalam kraton, yaitu berupa masyarakat dan benda-benda kraton yang ditata secara estetis guna pengembangan seni dan upacara kerajaan. Para seniman dan pengrajin yang secara tradisional mendapatkan pengayoman dari kraton diberi kedudukan yang lebih terhormat, sedangkan seni wayang, tari, musik, sastra, dan kerajinan tangan tradisional diperhalus dan diperindah. Dalam batas tembok masing-masing masyarakat keempat kraton ini mengembangkan ciri khas tersendiri, misalnya yang telihat pada perbedaan busana, gaya pertunjukan, benda seni artifisial, upacara-upacara kerajaan yang terperinci.
MASA KINI 

Walaupun kekuasaan dalam bidang politik telah berkurang, pengaruh kraton dalam tradisi dan budaya jawa tetap kuat serta berlangsung sampai sekarang. Pulau Jawa adalah pulau terpadat penduduknya di Indonesia dan kebudayaan historis merupakan kebudayaan yang cukup berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Sampai sekarangpun dalam  masyarakat Indonesia tradisi kraton masih cukup dihormati. Warga yang sekarang tinggal dikeempat kraton itu merupakan turunan dari Panembahan Senopati, pendiri dinasti Mataram. Di alam lingkungan tembok kraton ketaatan ritual  dan upacra kerajaan tetap dilaksanakan untuk menghormati kebiasaan dan tata cara tradisi Jawa yang masih tersiasa dan hidup berabad-abad lamanya.   

Kerajaan - kerajaan di Nusantara



Pada kira-kira th. 78 Masehi. Diperkirakan permulaan Kerajaan dengan nafas Hindu sekaligus merupakan permulaan metode perthitungan Tahun di Jawa.

Abad IV-V : Kerajaan Hindu di Jawa Barat Tarumanegara. Raja : Purnawarman.dengan Ibu kota Jansinga. dan di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Kalingga. 
414 : Perkunjungan Fa Hien musafir Tionghoa ke Indonesia. 

433 dan 435 : Dua kali terjadi perkunjungan utusan Tarumanegara ke Tiongkok. 
Kira-kira th. 450 M : Di Kalimantan : kerajaan Muarakaman atau Kutai. Raja-rajanya : Kudungga, Asjwawarman dan Mulawarman. 
Kira-kira th. 650 M : Di Sumatera berdiri : kerajaan Melayu dan Sriwijaya.. 
Kira-kira th. 700 M : Kerajaan Melayu runtuh. Sriwijaya berkuasa. Pusat pemerintahan berada di Palembang sekaligus sebagai pusat agama Budha dan ilmu pengetahuan di Sumatra 
Kira-kira th. 732 M : Wangsa Sanjaya merubah nama Kalingga dengan Mataram. Ia menjadi raja pertama Mataram Hindu. dengan Ibu kota : Medang Kamulan. Masa ini juga merupakan masa pendirian candi-candi Siwa di Gunung Dieng. 
Kira-kira th. 750-850 M : Sailendra dari Sriwijaya menguasai Jawa Tengah.,juga masa berdirinya candi-candi : Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan. 
Kira-kira th. 800 M : Mataram Hindu terdesak. Keluarga Sanjaya menyingkir ke wilayah Jawa Tengah 
Kira-kira th. 925 M : Jawa Tengah ditinggalkan, di Jawa Timur mulai didirikan kerajaaan-kerajaan (925-1042) 
Kira-kira th. 929-947 M : Empu Sindok, raja pertama Jawa Timur, pusat : Singasari. 
947-990 : Sri Isyana Tunggawijaya, puteri Sindok memerintah. 
990-1007 : Pemerintah Darmawangsa.Pada zaman ini diterjemahkan Kitab Mahabarata dari bahasa Sansekerta ke dalam huruf dan bahasa Jawa. 
991-992 : Peristiwa Penyerangan Darmawangsa ke Sriwijaya, namun gagal. 
1006-1007 : Sriwijaya menuntut balas. Darmawangsa tewas. 
1010 : Utusan terdiri dari bupati-bupati meminta pada Airlangga, menantu Darmawangsa untuk mengendalikan pemerintahan. 
1019-1041 : Pemerintahan Airlangga berdiri dengan Ibu kota: Kahuripan. Pada zaman ini Empu Kanwa menciptakan : Kitab Arjunawiwaha. 
1028-1035 : Airlangga turun tahta. Kerajaan yang dengan susah payah dibagi dua untuk kedua putranya. Jenggala dengan ibu kota Kahuripan,dan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha.


Kerajaan Kediri (1042 – 1222)

Terjadilah peperangan antara kedua putra Airlangga untuk merebut hegemoni. Akhirnya Kediri berkuasa. Pengaruhnya sampai ke Indonesai Timur. 
1115-1134 : Pemerintahan Kamicwara I. Dalam zamannya Empu Darmaja menjiptakan : Smaradahana. 
1135-1157 : Jayabaya,merupakan Raja ,sekaligus dikenal ahli-nujum. Masa ini, Empu Sedah menterjemahkan sebagian Mahabrata: Bratayuda. ada juga Pujangga lain yang hidup yaitu :Empu Panuluh.


1157-1171 : Sarweswara 
1171-1181 : Areyyeswara 
1181-1185 : Kroncharyadipa 
1185-1194 : Karmicwara II
1194-1200 : Sarweswara 
1200-1222 : Kertajaya 
1222 : Kertajaya dikalahkan oleh Ken Angrok, raja Singasari
1222-1227 : Pemerintahan Ken Angrok bergelar Rajasa, raja pertama Singasari. Pusatnya berada di Tumapel 

1227 : Ken Angrok dibunuh oleh anak tirinya Anusapati. 
1227-1248 : Pemerintahan Anusapati. 
1248 : Tohjaya memerintah. 
1248-1268 : Ranggawuni ( Sriwisnuwardana). 
1268-1292 : Kertanegara raja terakhir Singasari. 
1275 : Ekspedisi ke Melayu. Sriwijaya   ditaklukan. 
1284 : Ekspedisi ke Bali 
1289 : Hubungan Singasari dengan Kubilai Khan, Kaisar Tiongkok, menjadi buruk. 
1292 : Serangan atas Singasari oleh Jayakatwang, anak Kertajaya.


Kerajaan Kediri II (1292-1293) 

Kerajaan ini tidak lama berdirinya. Berdirinya disertani dengan pemerintahan-bayangan Majapahit yang akan menjelma. Baru saja Jakatwang memerintah, kerajaan telah jatuh ketangan yang lebih berhak : Raden Wijaya, keturunan Ken Angrok 

1293 : Angkatan laut Tiongkok dibawah pimpinan Hei Mi, Kan, Hsing dan Hsi Pi berlabuh di Tuban. Maksudnya untuk menghajarKertanegarta yang sudah meninggal. Raden Wijaya memakai kesempatan ini. Pertama kali bersatu dengan pasukan Tiongkok dan bersama-sama menjerang Jayakatwang yang dapat dikalahkan. Raden Wijaya kini balik gagang dan mengusir pasukan Tiongkok.

Kerajaan Majapahit 

1293-1309 : Raden Wijaya, dengan gelar Kertarajasa Jayawrdana, radja     
                    Majapahit pertama. 
1309-1328 : Pemerintah Jayanegara 
1328-1350 : Prabu Kenya atau Tribuanatunggadewi memerintah. 
1350-1389 : Pemerintahan Hayam Wuruk zaman keemasan Majapahit. Hampir 
                    seluruh Indonesia dalam kekuasaan. Buat pertama kali dipakai kata :  
                     Nusantara. 
Pujangga :     Empu Prapanca menulis Negarakertagama,Empu Tantular : 
                    Arjunawijaya Sutasoma 

1364        :   Gajah Mada, perdana menteri utama Majapahit, meninggal, setelah 
                    lebih kurang 33 tahun memegang jabatan Patih 
1389-1400 : Pemerintahan pertama Wikramawardana 

1429-1447 : Pemerintahan kedua Suhita
1447-1451 : Pemerintahan Bre Tumapel
1437 : Kediri memerdekakan diri dari Majapahit
1478 : Rja Kediri, Giridrawardana mengusir raja-raja keturunan Raden Wijaya
1520 : Kejatuhan Majapahit seluruhnya. Tamatlah riwayatraja-raja keturunan Ken Arok

(Lebih jelasnya mengenai Kerajaan Majapahit Klik Link ini)

Jawa Barat 
1030 : Berdirinya kerajaan nafas hindu : Sunda dengan rajanya Sri Jayabupati.
1190 : Kerajaan Galuh dengan rajanya Ratu Pusaka
1333 : Kerajaan Pajajaran, dengan ibu kota Pakuan. Rajanya Ratu Purnama

Kerajaan Kutai 
Di Kalimantan timur tahun 400 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Kudungga
Raja yang terkenal : Mulawarman

Kerajaan Tarumanegara
di Jawa Barat tahun 500 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Purnawarman

Kerajaan Kalingga 
di Jepara (Jawa Tengah) tahun 640 M (Kerajaan Budha)
Raja yang terkenal : Ratu Shima:

Kerajaan Mataram awal Hindu 
Di Jawa Tengah tahun 732 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Sanjaya
Raja yang terkenal : Balitung

Kerajaan Sriwijaya 
Di Palembang abad VII (Kerajaan Budha)
Raja yang pertama : Sri Jaya Naga
Raja yang terkenal : Bala Putra Dewa

Kerajaan Medang 
Di Jawa Timur abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Empu Sendok:

Kerajaan Kahuripan 
Di Jawa Timur tahun 1073 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga

Kerajaan Singasari 
Di Jawa Timur tahun 1222 - 1292
Raja yang pertama : Sri Rajasa (Ken Arok)
Raja yang terkenal : Kertanegara (Joko Dolok)

Kerajaan Pajajaran
Di  Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Sri Baduga Maharaja
Raja yang terakhir : Prabu Sedah

Kerajaan Demak 
Di Jawa Tengah tahun 1513 - 1546 (Kerajaan nafas Islam)
Raja yang pertama : Raden Patah (Sultan Bintoro)
Raja yang terakhir : Sultan Trenggono

Kerajaan Pajang
Di Surakarta tahun 1568 - 1586
Raja yang pertama : Joko Tingkir (Sultan Hadiwijoyo) Raja yg terakhir : Ario Pangiri


Kerajaan Mataram 
Islam di Kota Gede (Yogyakarta) abad XVI
Raja yang pertama : Suto Wijoyo (Panembahan Senopati)
Raja yang terkenal : Sultan Agung

Kerajaan Banten 
Di Jawa Barat tahun 1556 - 1580 (Kerajaan nafas Islam)
Raja yang pertama : Hasanuddin
Raja yang terkenal : Sultan Ageng
Raja yang terakhir : Panembahan Yusuf

Islam Di Indonesia
571 : Lahirnya Nabi Muhammad s.a.w
622 : Nabi Muhammad hidjrah dari Mekah ke Madinah Permulaan perkiraan Tahun Islam.
632 : Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w.
Kira-kira abad ke-13 (1290) : Islam masuk ke Indonesia. Kerajaan Islam di Sumatera : Perlak dan Samudera Pasai
Kira-kira abad ke-14 : Malaka menjadi pusat perkembangan Islam.
1419 : Maulana Malik Ibrahim, wafat di Gersik. Pengembang Islam yang pertama di Jawa Timur
1511 : Bandar Malaka jatuh kedalam tangan orang Portugis
1518 : Adipati Unus mencoba merebut Malaka. Kerajaan kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri : Demak dengan raja pertama Raden Patah
1521 : Pasai jatuh ketangan Portugis
1527 : Falatehan menaklukan Banten dan menjadi penyiar Islam di Jawa Barat.
1568 : Baten melepaskan diri dari Demak
1570 : Falatehan wafat dimakamkan di Gunung Jati :


JAWA TENGAH-Mataram 

569 : Tanda kekuasaan kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Kyai Gede
           Pemanahan, petinggi Mataram, daerah terkemuka dibawah pemerintahan
            Pajang.
1575 : Kyai Gede Pemanahan wafat
1575-1601 : Sutawijaya \Senopati, putra Kyai Gede, raja pertama Mataram awal

1582 : Pajang dikepung Mataram
1586 : Pajang dipidahkan ke Mataram
1601-1613 Mas Jolang
1613-1645 : Sultan Agung
1645-1677 Amngkurat I
1677-1703 : Amangkurat II
1703-1708 : Amangkurat III (sunan mas)
1703-1719 :Paku Buwana I (P.Puger)
1704-1708 : Perang Mahkota I
1719-1727 : Amangkurat IV
1719-1723 : Perang Mahkota II
1726-1749 : Paku Buwana II
1749-1753 : Perang Mahkota III
1749-1788 : Paku Buwana III
1755 : Perjanjian Gianti. : Surakarta dan Yogyakarta terbagi
1755-1792 : Hamengku Buwono I (Mangkubumi), Sultan Jogja
1757 : Perdamaian Salatiga. berdirinya Mangkunegaran,
1788-1820 : Paku Buwana IV
1792-1810 : Hamengku Buwana II
1811-1812 : Hamengku Buwana II
1813 :         Timbulnya Paku Alam, bagian dari Yogyakarta. Pangeran Notokusumo
                   sebagai Paku Alam I.

Sesudah 1813 :Mataram II terpecah empat
1938 : Paku Alam VIII
1939 : Hamengku Buwana IX
1944 : Paku Buwana XII
1944 : Mangku Negara VIII

(Lebih jelasnya mengenai Kerajaan Mataram,  Klik Link ini)

Kerajaan Majapahit



Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari. Raja yang memerintah :
o Raden Wijaya 1273 - 1309
o Jayanegara 1309-1328
o Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
o Hayam Wuruk 1350-1389
o Wikramawardana 1389-1429
o Kertabhumi 1429-1478

Mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389)
Kebesaran kerajaan ditunjang oleh:
o Pertanian sudah teratur
o Perdagangan lancar dan maju
o Memiliki armada angkutan laut yang kuat
o Dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada. Di bawah patih Gajah Mada Majapahit
        menaklukkan daerah lain ia mengucapkan Sumpah Palapa yang berbunyi:
        "Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara". Mpu
        Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa
        Hayam Wuruk  dan juga silsilah raja sebelumnya. Tahun 1364 Gajah Mada Mangkat disusul oleh
        Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran

Penyebab kemunduran:
o Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
o Meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan
o Daerah bawahan mulai melepaskan diri
o Berkembangnya Islam di daerah pesisir
o Gerangan pasukan Kediri tahun 1478

Peninggalan kerajaan Majapahit:

o Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
o Kitab:

  • Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca
  • Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika
  • Paraton
  • Kidung Sundayana dan Sorandaka



R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit. 

Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer. 

Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. 
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar " kuburan " itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah kesakralan tempat itu. 
Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. " Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit " katanya. 

Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. " orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai " kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya. 


Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya. 



Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo. 



Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan " Lima Pedoman " yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga. 


Selengkapnya " Ponco Waliko " itu bertuliskan " Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya "   

Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.  


MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT 

Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.


Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru  dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

Keruntuhan Majapahit


Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah yang masih "kapernah" kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu Majapahit yang kafir itu. Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya
meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.
Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati Terung ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian dijadikan serambi masjid. Adipati Bintara itu kemudian bergelar "Senapati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama".

Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam "BABAD TANAH JAWI". Tapi cerita senada juga terdapat dalam "Serat Kanda". Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, Adipati Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada Syekh Lemah Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot ikut musuh. Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu Brawijaya.


Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti "Keris Makripat" pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang dan "Badhong" anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.
Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar "Panembahan Jinbun", adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak. Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.

Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.


Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.

Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang Majapahit, seperti "Negara Kertagama dan Pararaton". Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.


"Prasasti Petak" dan "Trailokyapuri" menerangkan, raja Majapahit terakhir adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.

Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati itu untuk menggempur Majapahit.


Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.

Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan, Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet Muljana.


Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya "Gajah Mada" juga menyebutkan bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.
Penuturan buku "Dari Panggung Sejarah" terjemahan IP Simanjuntak yang bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya "Ying Yai Sheng Lan" menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai utara Jawa.

Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi'ul Awwal 882 H atau 8 April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.


Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi).
Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.
 
P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan toleransi.
Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.
Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain (termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.
Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.
Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja'far Sodiq menyebarkan ajaran Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.
Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.


Sejarah Jawa dan Perkembangannya

Penduduk Asli Jawa Datang Dari Cina Selatan Tahun 2000 SM 


Pulau Jawa secara politis termasuk dalam wilayah negara Republik Indonesia, yang terletak di sebelah tenggara benua Asia. Pulau ini berbatasan dengan Laut Hindia di sebelah selatan dan laut Jawa di sisi utara. Pulau Jawa memiliki panjang sekitar 1.100 km dan lebar sekitar 120 km, dengan jumlah penduduk mencapai 45 persen dari total penduduk Indonesia. 


Menurut Frans Magnis, pada jaman dulu Jawa pernah ditutup hutan basah tropis. Tetapi karena pertambahan penduduk yang padat mengakibatkan penyusutan hutan secara terus menerus. Saat ini hutan lebat hanya terdapat di ujung barat daya dan tenggara pulau serta di lereng-lereng gunung tertinggi.
Di pulau ini penduduknya memiliki empat bahasa berbeda, yaitu bahasa Betawi, Sunda, Jawa dan Madura. Bahasa Betawi digunakan oleh penduduk Betawi yang menghuni kota Jakarta dan sekitarnya. Bahasa Sunda dipakai oleh suku Sunda yang menguasai sebagian besar Jawa Barat. Sedangkan Bahasa Jawa digunakan oleh penduduk di Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Timur. Bahasa Madura banyak terdapat di wilayah Jawa Timur bagian utara dan timur, yang sebenarnya merupakan para migran dari Pulau Madura. 
Penduduk di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menggunakan bahasa ibu Bahasa Jawa inilah yang dianggap sebagai orang Jawa. Sedangkan mereka yang berbahasa Betawi dan Sunda tidak merasa sebagai "orang Jawa." 

Orang Jawa menurut sejarahnya berasal dari imigran Melayu asal Cina Selatan yang datang membanjiri asia Tenggara. Imigrasi ini terjadi pada sekitar tahun 3000 sebelum masehi. Bangsa Melayu Cina tersebut kembali melakukan imigrasi sampai sekitar 2000 tahun. Gelombang imigrasi kedua inilah yang dianggap sebagai asal-usul suku Jawa yang sekarang tinggal di Pulau Jawa. 

Pada masa pra sejarah, menurut Franz, di Jawa sudah mengenal tatanan sosial masyarakat, yaitu organisasi di tingkat desa. Masyarakat Jawa masa pra sejarah sudah mengatur masyarakatnya dalam struktur desa. Setiap desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa. Struktur masyarakat yang demikian ini berjalan sampai terjadinya hubungan dagang antar negara. Setelah terjadinya perdagangan antara orang Jawa dengan bangsa-bangsa lain, terutama para pedagang dari India, terjadilah pergeseran pemikiran dalam masyarakat di Jawa. Mereka, orang Jawa memperoleh kesadaran bahwa tatanan masyarakat sebaiknya diatur melalui sistem kerajaan seperti yang terjadi di India. 
Sejak saat itu, para pangeran (anak Kepala Desa) mencoba mengadopsi konsep tersebut dan mulailah berdiri kerajaan-kerajaan di Jawa. Kerajaan pertama di Jawa muncul di wilayah Jawa Tengah, yaitu kerajaan Mataram yang berasaskan agama Hindu. Hal ini sesuai dengan agama yang dibawa oleh para pedagang dari India. (sis daryanto)  

Info Penting

Pengetahuan Umum

Olah Rasa

Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir mula aja lali marang sapadha-padhaning tumitah.
***
Jejering wanita utama saka kasetyane marang garwa ,dene ajining priya utama saka kaprawirane.
***

Kadonyan kang ala iku ateges mung ngangsa-angsa golek bandha donya, ora mikirake kiwa tengene, uga ora mikirake kahanan batin.
***

Wong kang ora weruh tatakrama udanegara (unggah-ungguh) iku padha karo ora bisa ngrasakake rasa nem werna (legi, kecut, asin, pedhes, sepet, pahit.***

Sing sapa seneng ngrusak katentremane liyan bakal dibendu dening Pangeran lan diwelehake dening tumindake dhewe.
***
See all post

Tokoh Pewayangan

Semar dan Punokawan

 Batara Semar  MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu. Yang ada... Read More �

See all post

Adat Istiadat

SURO

Kirab Pusaka Karaton Surakarta Kirap pusaka Karaton adalah tatacara Karaton Surakarta Hadiningrat yang dilaksanakan secara tetap pada se... Read More �

Cerita Pewayangan

Sejarah

Aqidah

Seni dan Sastra

 
Support : Creating Website | | Paknetyas
Copyright © 2011. Blog Paknetyas - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Paknetyas
Proudly powered by Blogger