Oleh:
Rudy Himawan
Seorang Muslim sudah semestinya memikirkan masa depan dengan
melakukan invesment -bukan dengan stock portofolio, 401K, rumah ataupun
saving account, tetapi dengan shodaqoh jariyah, menyebarkan ilmu yang
bermanfaat, dan membina anak yang sholeh/-ah. Ketiga aktivitas ini ternyata
tercakup dalam proses pendidikan anak dan apalagi Alhamdulillah banyak
diantara kita yang telah dikaruniai anak, sehingga saya tergerak untuk
merangkum 6 karakteristik kepribadian seorang ayah idaman.
1.
Keteladanan
Suatu pagi, saya terperanjat ketika melihat cara putriku memakaisepatunya. Ia langsung memasukkan kakinya ke dalam sepatu tanpa
melepas talinya. Rupanya selama ini ia memperhatikan
bagaimana cara saya memakai sepatu. Karena malas membuka
simpul tali sepatu, sering kali saya langsung memakainya tanpa membuka dan
mengikat simpul tali sepatu. Saya berusaha melarangnya dengan
memberikan penjelasan bhw cara memakai
sepatu seperti itu bisa mengakibatkan sepatu cepat rusak. Namun hasilnya nihil. Ini merupakan satu contoh nyata bhw
anak, terutama pada usia dini, mudah sekali
mencontoh orangtuanya. Tidak perduli apakah itu benar atau
salah. Nasehat kita tidak ada manfaatnya, jika kita tetap melakukan
apa yang kita larang.
Apakah kita sudah memberikan teladan yang terbaik kepada anak-anak
kita? Apakah kita lebih sering nonton TV dibandingkan membaca Al-Quran
atau buku lain yang bermanfaat? Apakah kita lebih sering makan sambil jalan danberdiri
dibandingkan sambil duduk dengan membaca Basmallah? Apakah kita
sholat terlambat dengan tergesa-gesa dibandingkan
sholat tepat waktu? Apakah bacaan surat kita
itu-itu saja?
Allah SWT berfirman dalam surat
ash-shaff 61:2-3: "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. "
Allah
SWT juga mengingatkan untuk tidak bertingkah laku seperti BaniIsrail dalam
firmanNya dalam surat Al-Baqoroh 2:44 "Mengapa kamu suruhorang lain
(mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidakkah kamu berpikir?"
2. Kasih Sayang dan Cinta
Kehangatan, kelembutan, dan kasih
sayang yang tulus merupakan dasar penting bagi pendidikan anak.
Anak-anak usia dini tidak tahu apa namanya, tapi
dengan fitrahnya mereka bisa merasakannya. Lihatnya bagaimana riangnya sorot
mata dan gerakan tangan serta kaki seorang bayi ketika ibunya akan mendekap dan menyusuinya dengan penuh kasih sayang.
Bayi kecilpun sudah mampu menangkap raut wajah yang selalu
memberikan kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang dengan tulus, apalagi
mereka yang
sudah lebih besar.
Rasulullah SAW pada banyak
hadith digambarkan sebagai sosok ayah, paman, atau
kakek yang menyayangi dan mengungkapkan kasih sayangnya yang tulus ikhlas
kepada anak-anak. Sebuah kisah yang menarik yang diceritakan
oleh al-Haitsami dalam Majma'uz Zawa'id dari Abu Laila.
Dia
berkata: "Aku sedang berada di dekat Rasulullah SAW. Pada saat
itu aku melihat al-Hasan dan al-Husein sedang digendong beliau. Salah seorang diantara keduanya kencing di dada dan perut
beliau. Air kencingnya mengucur, lalu aku mendekati
beliau. Rasulullah SAW bersabda, 'Biarkan kedua
anakku, jangan kau ganggu mereka sampai ia selesai
melepaskan hajatnya.' Kemudian Rasulullah SAW
membawakan air." Dalam riwayat lain dikatakan, 'Jangan membuatnya tergesa-gesa melepaskan
hajatnya.'
Bagaimana dengan kita?Sudahkan kita ungkapkan kecintaan kita yang tulus kepada anak-anak
kita
hari ini?3. Adil
Siapa yang
belum pernah dengar kata sibling rivalry dan favoritism? Jika belum
dengar, maka ketahuilah! Siapa tahu kita termasuk orang yang
telah melakukannya. Seringkali kita terjebak oleh perasaan kita
sehingga kita tidak berlaku adil, misalnya karena anak kita yang satu lebih
penurut dibandingkan anak yang lain atau karena kita lebih suka anak
perempuan
daripada anak laki-laki dll.
Rasulullah SAW bersabda:
"Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu dalam pemberian." (HR
Bukhari)
Masalah keadilan ini dikedepankan untuk
mencegah timbulnya kedengkian diantara saudara. Para
ahli peneliti pendidikan anak berkesimpulan bahwa faktor paling dominan yang
menimbulkan rasa hasad/ dengki dalam diri anak adalah adanya pengutamaan
saudara yang satu di antara saudara yang
lainnya.
Anak sangat peka terhadap perubahan perilaku terhadap
dirinya. Jika kita lepas kontrol, sesegera mungkin
untuk memperbaiki, karena anak yang diperlakukan tidak adil bisa menempuh
jalan permusuhan dengan saudaranya atau mengasingkan diri (menutup diri dan
rendah diri).
4. Pergaulan dan Komunikasi
Seringkali
kita berada dalam satu ruangan dengan anak-anak, tapi kitatidak bergaul dan
berkomunikasi dengan mereka. Kita asyiik membaca koran, mereka asyiik main video game, atau nonton
TV.
Banyak ahadith yang menggambarkan bagaimana
kedekatan pergaulan Rasulullah SAW dengan anak-anak dan remaja. Beliau bercanda dan bermain dengan mereka.
Bagaimana dengan kita yang sudah sibuk kuliah sambil bekerja
plus 'ngurusin' IMSA (**smile**)? Mana ada waktu
untuk bercengkrama dengan anak-anak? Sebenarnya ada
waktu, jika kita mengetahui strateginya. Misalnya, sewaktu menemani
anak bermain CD pendidikan di komputer, kita bisa menjelaskan cara mengerjakan/bermainnya, lalu memberi contoh sebentar,
lantas bisa kita tinggalkan. Begitu pula dengan buku bacaan
dan permainan lainnya. Repotnya ada sebagian ayah
yang tidak mau berkumpul dengan anak-anak, terutama yang menjelang dewasa
karena takut kehilangan wibawa atau kharismanya. Ini
pandangan yang keliru. Yang lebih tepat adalah kita
jaga keseimbangan, artinya kita tidak boleh terlalu kaku dalam memegang
kekuasaan dan kharisma, tetapi juga tidak boleh terlalu
longgar.
5. Bijaksana Dalam Membimbing
Rasulullah SAW
bersabda: "... Binasalah orang-orang yang berlebihan
..."(HR Muslim). Jadi metoda yang paling bijaksana
dalam mendidik dan mengarahkan anak adalah yang konsisten dan pertengahan -
seimbang, yakni tidak membebaskan anak sebebas-bebasnya dan tidak
mengekangnya; jangan
terlalu sering menyanjung, namun juga jangan terlalu
sering mencelanya. Bila ayah memerintahkan sesuatu
kepada anaknya, hendaknya ayah melakukannya dengan hikmah, penuh kasih
sayang, dan tidak lupa membumbuinya dengan canda seperlunya. Jelaskan hikmah dan manfaatnya, sehingga anak termotivasi untuk
melakukannya. Jangan lupa juga untuk
memperhatikan kondisi anak dalam melaksanakan perintah atau aturan
tersebut.
Imam Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa melatih pribadi
perlu kelembutan,tahapan dari kondisi yang satu ke
kondisi yang lain, tidak menerapkan kekerasan, dan berpegang pada prinsip
pencampuran antara rayuan dan ancaman.
6.
Berdoa
Para nabi selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah untuk
kebaikan keturunannya. "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (Ibrahim:35)
"Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan
kepadaku di hari tua(ku)Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar
Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan sholat. Ya Tuhan kami,
perkenankanlah
doaku." (Ibrahim:39-40)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !