Headlines News :
Home » , » Banjaran Cerita Pandhawa (17) - Kelahiran Arjuna (2)

Banjaran Cerita Pandhawa (17) - Kelahiran Arjuna (2)

Written By Paknetyas on Friday, December 12, 2014 | 11:09 AM

“Kelahiran” tinta pada kanvas, karya Herjaka HS

Bagawan Abyasa, Yamawidura, Kunthi, Madrim, Puntadewa dan Bima sedang di istana. Mereka menanti kehadiran Pandhu. Tak lama kemudian Petruk utusan Pandu datang menyerahkan Kitiran Seta, dan memberi tahu, bahwa raja Pandu sedang mengantar raja Basudewa ke Mandura.
Kunthi yang sedang hamil tua menerima kitirn seta, dan kemudian lahirlah bayi didalam kandungan. Mereka yang ada di ruangan itu gugup dan bingung, Bima kemudian membawa bayi yang sedang lahir ke Mandura menyusul Pandu. Begawan Abyasa dan Petruk mengawal dari belakang.
Ugrasena menghadap Dewi Mahendra dan Dewi Badraini. Mereka menanti kedatangan raja Basudewa. Kemudian datang raja Basudewa, Pandu dan Arya Prabu. Merela membawa Kidangwulung , seperti yang diminta Dewi Badraini. Kidangwulung diberikan kepada Dewi Badraini, tak lama kemudian lahirlah bayi di dalam kandungannya. Bayi tersebut lahir perempuan dan diberi nama Sumbadra.
Bima datang membawa bayi, Bagawan Abyasa dan Petruk mengikutinya. Bayi diserahkan kepada Pandu. Pandhu menerima, bayi diberi nama Parmadi. Bagawan Abyasa memberi nama Palguna. Bima memberi nama panggilan Jlamprong.
Bayi perempuan sembadra dan bayi laki-laki Parmadi dipangku oleh raja Basudewa. Sumbadra pada paha kiri dan Parmadi pada paha kanan. Basudewa berkata, kedua bayi ditunangkan, kelak supaya hidup sebagai suami isteri dan menurunkan raja besar.
Tiba-tiba datang Suratimantra membawa bayi bernama Kangsa. Suratimantra memberi tahu, bahwa bayi itu anak Dewi Maherah. Bagawan Abyasa menyuruh agar Suratimantra bersama bayi Kangsa menungu di alun-alun. Raja Basudewa menolak penyerahan bayi itu. Raja Basudewa ingat bahwa bayi itu anak dari Dewi Maherah isterinya dengan Gorawangsa.
Maka diutuslah Ugrasena untuk datang di alun-alun, memberi tahu, bahwa raja tidak mau menerima Kangsa sebagai putra raja. Suratimantra marah dan terjadilah perkelahian. Suratimantra tidak mampu melawan, Kangsa membelanya. Semua kalah oleh perlawanan Kangsa. Raja Basudewa terpaksa mau mengakui Kangsa sebagai anak, dan diberi tempat tinggal di Sengkapura. Suratimantra ditugaskan untuk mengasuhnya. Suratimantra memberi nama Kangsadewa.
Perajurit Bombawirayang mengira Suratimantra dan Kangsa mati di Mandura. Mereka berbondong-bondong menyerang negara Mandura. Bima ditugaskan melawan serangan musuh, dan berhasil baik. Musuh telah lenyap.
Setelah negara menjadi aman, mereka sidang di istana. Raja Basudewa cemas dan khawatir bahwa Kangsa yang sakti akan menguasai kerajaan dan mengkhawatirkan kedua putranya yang akan menjadi sasaran ambisi Kangsa. Bagawan Abyasa menyarankan agar dua putra raja disembunyikan ke Widarakandang. Raja setuju, agar kedua putranya yang bernama Kakrasana dan Narayana terhindar dari ancaman pembunuhan Kangsa, mereka berdua dititipkan kepada Nyai Sagopi dan Ki Antagopa di Widarakandhang.
Raja Basudewa mengadakan pesta, menjamu para tamu yang hadir di istana Mandura.

Pandjang Mas, Tahun IV 1956: No. 3-4
R.S. Subalidinata
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Olah Rasa

Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir mula aja lali marang sapadha-padhaning tumitah.
***
Jejering wanita utama saka kasetyane marang garwa ,dene ajining priya utama saka kaprawirane.
***

Kadonyan kang ala iku ateges mung ngangsa-angsa golek bandha donya, ora mikirake kiwa tengene, uga ora mikirake kahanan batin.
***

Wong kang ora weruh tatakrama udanegara (unggah-ungguh) iku padha karo ora bisa ngrasakake rasa nem werna (legi, kecut, asin, pedhes, sepet, pahit.***

Sing sapa seneng ngrusak katentremane liyan bakal dibendu dening Pangeran lan diwelehake dening tumindake dhewe.
***
 
Support : Creating Website | | Paknetyas
Copyright © 2011. Blog Paknetyas - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Paknetyas
Proudly powered by Blogger